#Sosok Hasyim Muzadi
Explore tagged Tumblr posts
malangtoday-blog ¡ 8 years ago
Photo
Tumblr media
Sosok Ahmad Hasyim Muzadi dari Tuban Untuk Indonesia
MALANGTODAY.NET - Kabar duka menyelimuti Tanah Air pagi hari ini, Kamis (16/03). Indonesia kembali kehilangan sosok ulama besar, Kyai Haji Ahmad Hasyim Muzadi. Ulama kelahiran Tuban, 72 tahun silam  itu menghembuskan nafas terakhirnya di Pondok Pesantren Al Hakim Kota Malang. Semasa hidup, tokoh Islam Indonesia itu dikenal para santrinya sebagai sosok lembut yang selalu memiliki banyak wawasan dan selalu membuka cakrawala baru bagi para santri. Muzadi menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo. Setelah itu ia menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika Muzadi terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur pada tahun 1992. Ia terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999. Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan. Setelah itu, Muzadi pada tahun 2004 resmi maju sebagai pendamping Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden Indonesia. Dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2004, Megawati dan Muzadi meraih 26.2% suara di putaran pertama, tetapi kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di putaran kedua. 11 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2015 Hasyim menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden Wantimpres. Hasyim juga dikenal lewat buku-bukunya, seperti Membangun NU Pasca Gus Dur, Grasindo, NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa dan Menyembuhkan Luka NU.
Source : https://malangtoday.net/rubrik/story/sosok-ahmad-hasyim-muzadi-tuban-indonesia/
MalangTODAY
0 notes
chillinaris ¡ 2 years ago
Text
Tumblr media
Ini Sosok yang Turut Menginspirasi Gus Dur Mengajar Islamologi di Gereja
KH Oesman Mansoer sosok penting yang menginspirasi Gus Dur mengajar di gereja,
Dalam catatan sejarah, Pulau Madura dikenal sebagai salah satu daerah yang banyak melahirkan ulama dan tokoh besar, yang termasyhur adalah Syaikhona Cholil Bangkalan. Karena itu, tidak sedikit para pelajar dari Tanah Jawa yang menimba ilmu ke pulau garam ini.
Selain berdakwah di tempat kelahirannya, sebagian ulama Madura juga banyak yang berdakwah di perantauan. Di antaranya adalah KH Oesman Mansoer. Dia adalah salah satu ulama dan pejuang dari Madura yang kemudian hijrah ke Kota Malang, Jawa Timur.
Kini, Kota Malang telah dikenal sebagai kota pendidikan. Hal ini tentu tak lepas dengan perkembangan kampus Islam di dalamnya, seperti UIN Maulana Malik Ibrahim dan Universitas Islam Malang (Unisma). Kedua kampus Islam ini lah yang dirintis Kiai Oesman bersama para tokoh di Malang.
Dalam mengajar, tokoh yang dikenal moderat ini tidak memandang sekat-sekat agama. Bahkan, Kiai Oesman aktif menjadi pengajar Islamologi di Gereja Kristen Jawi Wetan pada 1968-1974.
Saat mengajar di gereja, Kiai Oesman tidak lah mengajak umat agama lain untuk memahami Islam dari sisi akidah, tapi tentang pembelajaran tentang toleransi antarumat beragama, tentang perdamaian, dan kebangsaan.
Kiai Oesman bukan satu-satunya tokoh NU yang mengajar di gereja tersebut. Pada 1970-an, Kiai Oesman juga pernah mengajak mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk mengajar Islamologi di GKJW Sukun Malang.
Salah satu putra Kiai Oesman, Muhammad Nur Uddin alias Gus Din pernah menceritakan dalam suatu kesempatan bahwa semasa mudanya, Gus Dur berada di Malang selama tiga tahun dan menjadi asisten KH Oesman Mansoer di IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Hal ini dikemukakan sendiri oleh Gus Dur saat menjadi presiden Indonesia.
“Kebetulan saat itu Gus Dur menjadi presiden. Dia sampaikan begini: ‘Saya pernah ngajar di IAIN sebagai asisten dari Oesman Mansoer sekaligus mengajar Islamologi di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sukun,” kata Gus Din menirukan Gus Dur.
Pengalaman selama di IAIN Sunan Ampel dan mengajar Islamologi di GKJW tersebut lantas menginspirasi Gus Dur sebagai presiden yang menjunjung tinggi kerukunan dan harmonisasisi kebergaman.
“Jadi inspirasi Gus Dur salah satunya dari Malang yang memang banyak perkumpulan intelektual dengan para sesepuh NU,” ucap Gus Din.
Banyak tokoh-tokoh NU lainnya yang pernah belajar kepada Kiai Oesman. Di antaranya adalah Mantan Ketua Umum PBNU almarhum KH Hasyim Muzadi. Bahkan, saat Kiai Hasyim Muzadi menyusun skripsi, Kiai Oesman lah yang menjadi pembimbingnya.
Beberapa santri Kiai Oesman lainnya adalah KH Dahlan Thamrin, KH Chozin Askandar, Ghaffar Rahman (PBNU), H Imam Chambali, dan Prof Dr Zainudin, dan lain sebagainya.
Dalam masalah keagamaan Kiai Oesman bisa dibilang sangat moderat, namun sangat hati-hati. Begitu juga dalam mendidik anak-anaknya, Kiai Oesman sangat demokratis.
Asal bekal pengetahuan agamanya dinilai cukup, putra-putrinya diberi kebebasan untuk menentukan cita-cita dan profesi yang akan ditekuninya.
*) Sumber: Harian Republika
1 note ¡ View note
ayojalanterus ¡ 3 years ago
Text
Sentil Said Aqil Soal Jabatan 3 Periode, Anshor: Beliau Tidak Sama dengan Gus Dur!
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj diminta mencontoh sikap mendiang Hasyim Muzadi dengan memberikan kesempatan bagi kader-kader NU yang lebih muda di bawahnya untuk menjadi Ketua Umum PBNU berikutnya. Hasyim adalah Ketua Umum PBNU sebelum Said. Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Muhammad Haerul Amri menyebut regenerasi adalah kebutuhan zaman. "Meski dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) NU tak ada larangan masa jabatan, namun demi kaderisasi dan kebutuhan zaman, Kiai Said lebih baik memberikan ruang yang luas kepada kader di bawah layaknya yang dilakukan Kiai Hasyim Muzadi," kata Amri, Selasa (12/10). Amri berkata Hasyim Muzadi yang memimpin NU dalam kurun waktu 1999-2010 telah mencetak banyak kader andal. Salah satunya Said Aqil sendiri. Said lantas menggantikan posisi Hasyim sebagai Ketum sejak 2010 hingga sekarang. Ia menceritakan bahwa pada Muktamar ke-32 NU 2010 di Makassar, Hasyim menyatakan tak bersedia dicalonkan lagi. Salah satu alasannya karena memberi ruang kepada kader-kader muda untuk memimpin. "Beliau ingin menghargai sistem kaderisasi yang telah dibangun dengan baik di NU," katanya. Amri pun meminta Said dapat menjadi contoh proses regenerasi yang dibuka oleh Hasyim. Dia mengingatkan tantangan yang akan dihadapi NU ke depan lebih besar. "Jika Gus Dur [Abdurrahman Wahid] menjabat hingga tiga periode tentu tidak bisa disamakan begitu saja. Situasi dan tantangan yang dihadapi NU kala itu berbeda dengan sekarang," kata dia. Gus Dur tercatat menjabat sebagai Ketum PBNU selama tiga periode yakni sejak 1984 hingga 1999. Amri mendorong agar Muktamar NU di Lampung dapat menghasilkan kepemimpinan baru dan regenerasi posisi Ketum PBNU. Secara khusus, Ia juga mengharapkan sosok ketua umum PBNU berikutnya memiliki kriteria muda, berjaringan luas, komitmen kuat memajukan NU dan responsif terhadap perubahan zaman. "Yang tak kalah penting di era globalisasi yang kian kompleks ini, NU ke depan membutuhkan pemimpin yang bisa berkiprah lebih kuat di kancah dunia. Di usia hampir satu abad ini, cita-cita NU harus ditransformasikan ke level global dan NU memiliki sejumlah tokoh yang berkaliber internasional," kata dia. Muktamar NU ke-34 akan dihelat pada 23-25 Desember mendatang. Sejumlah nama muncul dalam bursa calon ketua umum PBNU. Mereka adalah Ketum PBNU saat ini Said Aqil Siraj, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf, Ketua PWNU Jatim Marzuki Mustamar. Mereka bertiga telah menyatakan kesiapannya untuk maju dalam Muktamar. [cnnindonesia]
from Konten Islam https://ift.tt/3avT74m via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/10/sentil-said-aqil-soal-jabatan-3-periode.html
0 notes
rmolid ¡ 5 years ago
Text
0 notes
rizaldy-ray ¡ 5 years ago
Photo
Tumblr media
#Repost @pesantrenku • • • • • • Mbah Fadhol: Kiai Tak Dikenal yang Tak Mau Sukses . Ada satu ulama Nusantara yang kapasitas keilmuannya sangat luar biasa, mampu mengarang beberapa kitab dengan bahasa Arab yang sangat sempurna. Beliau adalah Kiai Abul Fadhol bin Abdul Syakur, berasal dari Senori Tuban (Jawa Timur). Menjadi guru utama (��Umdah) bagi ulama-ulama besar seperti Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Maimoen Zubair, Kiai Faqih Langitan, Kiai Hasyim Muzadi, Kiai Dimyati Rois, dan lain-lain. . Kiai Abul Fadhol juga dikenal sebagai seorang Sufi zuhud. Hal ini tampak dalam keseharian beliau yang sangat sederhana dan bersahaja. Saking sederhananya, ketika ta’ziyah dalam wafatnya KH. Zubair Dahlan (ayahanda KH.Maimoen Zubair), tidak ada orang yang mengenalnya. . Songkok hitam yang dipakainya tidak lagi hitam tapi telah berubah warna menjadi merah. Baju yang dikenakan lusuh, hingga orang lain acuh memandangnya. Orang-orang baru tahu kalau itu adalah Kiai Abul Fadhol setelah Mbah Maimoen Zubair menyambutnya dengan mencium tangan Kiai Abul Fadhol dan menempatkannya pada tempat yang layak. . Meski begitu, Mbah Dhol juga manusia biasa, punya anak dan keluarga yang butuh untuk dinafkahi. Oleh sebab itu beliau juga bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai pekerjaan yang pernah dijalaninya antara lain: jadi buruh jahit, penjahit, bahkan jualan benang. Dari daerah Kerek Tuban sampai Sedan Rembang beliau tempuh dengan jalan kaki sambil memikul benangnya. Sebuah jarak yang sangat jauh dengan beban di punggung yang tidak ringan. . Selain itu beliau juga pernah jualan kain, membuka toko, reparasi sepeda pancal dan sepeda motor. Bahkan beliau pernah membuat barang-barang elektronik, meski beliau tidak pernah belajar elektro sama sekali. Beliau juga pernah menjadi bos becak, mendirikan pabrik rokok dan lain sebagainya. . Yang mengherankan, setiap usahanya berkembang pesat, seketika itu juga dihentikan dan ganti pekerjaan lain yang dimulai dari nol lagi. Hal ini semakin menguatkan keyakinan banyak orang bahwa beliau adalah sosok kyai yang zuhud. Tujuannya bekerja hanyalah ibadah dan sekadar menuruti perintah Allah SWT semata, bukan untuk mencari harta. #Repost @ulama.nusantara #p https://www.instagram.com/p/B34rZbYpFoA/?igshid=133nd688m9wle
0 notes
sohibuliman-blog ¡ 8 years ago
Photo
Tumblr media
"Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam syurga-Ku." (Al Fajr:27-30) Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un telah berpulang ke Rahmatullah, KH Hasyim Muzadi. Beliau adalah sosok yang sangat berjasa dalam pergerakan dakwah Islam di Indonesia. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, diampuni kesalahannya, dan diberi syurga-Nya. Aamiin... Mari kita doakan beliau setelah sholat dzuhur nanti, kita kirimkan doa terbaik untuk almarhum. Semoga keluarga yang ditinggalkan pun diberikan kelapangan.
25 notes ¡ View notes
carinapayue-blog ¡ 7 years ago
Text
Kenang Sosok Kiai Hasyim Muzadi, Khofifah: Beliau Sampaikan Islam Rahmatan Lil Alamin
Carina Payue Kenang Sosok Kiai Hasyim Muzadi, Khofifah: Beliau Sampaikan Islam Rahmatan Lil Alamin Artikel Baru Nih Artikel Tentang Kenang Sosok Kiai Hasyim Muzadi, Khofifah: Beliau Sampaikan Islam Rahmatan Lil Alamin Pencarian Artikel Tentang Berita Kenang Sosok Kiai Hasyim Muzadi, Khofifah: Beliau Sampaikan Islam Rahmatan Lil Alamin Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Kenang Sosok Kiai Hasyim Muzadi, Khofifah: Beliau Sampaikan Islam Rahmatan Lil Alamin Gubernur Jawa Timur terpilih periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa mengenang sosok Kiai Hasyim Muzadi sebagai pemberi pencerahan tentang Islam. http://www.unikbaca.com
0 notes
kinanmanja-blog ¡ 7 years ago
Text
Hadiri Haul KH Hasyim Muzadi, Ini Kenangan Khofifah pada Sosok Figur Pejuang NU itu
Kinan Manja Hadiri Haul KH Hasyim Muzadi, Ini Kenangan Khofifah pada Sosok Figur Pejuang NU itu Artikel Baru Nih Artikel Tentang Hadiri Haul KH Hasyim Muzadi, Ini Kenangan Khofifah pada Sosok Figur Pejuang NU itu Pencarian Artikel Tentang Berita Hadiri Haul KH Hasyim Muzadi, Ini Kenangan Khofifah pada Sosok Figur Pejuang NU itu Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Hadiri Haul KH Hasyim Muzadi, Ini Kenangan Khofifah pada Sosok Figur Pejuang NU itu Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menyampaikan kesannya sembari mengenang sosok KH Hasyim Muzadi. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
NU Jabar Merasa Kehilangan Sosok KH. Hasyim Muzadi
NU Jabar Merasa Kehilangan Sosok KH. Hasyim Muzadi
JAKNEWS, Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat merasakan kehilangan akan sosok almarhum KH. Hasyim Muzadi yang wafat di Rumah Sakit Lavalette Malang pada Kamis pagi pukul 06.15 WIB. “Kita merasakan kehilangan, apalagi ini mantan ketua PBNU yang tentu saja menjaga keharmonisan ajaran-ajaran agama dan norma-norma berlaku di dalam negara,” ujar Wakil Ketua PBNU Jawa Barat Kiagus Zaenal…
View On WordPress
0 notes
harianpublik-blog ¡ 8 years ago
Text
Penghormatan Muhammadiyah terhadap KH Hasyim Muzadi
Penghormatan Muhammadiyah terhadap KH Hasyim Muzadi
Tumblr media Tumblr media
Penghormatan Muhammadiyah terhadap KH Hasyim Muzadi
Harianpublik.com – Pertengahan bulan Maret 2017, warga Nahdliyin ditinggal salah satu tokoh pentingnya. Tokoh yang saya maksud adalah KH. A. Hasyim Muzadi, Mantan ketua PBNU dan pengasuh Ponpes al-Hikam kota Malang. Bukan hanya warga Nahdliyin yang merasa kehilangan dengan sosok almarhum, warga Muhammadiyah dan Baitul Muslimin Indonesia (Bamuis) turut merasakan hal yang sama.
Sebagai bentuk penghormatan dan respek terhadap almarhum, Pengurus di pimpinan Wilayah menyerukan supaya warga Muhammadiyah di mana pun berada untuk melakukan dua hal : Pertama, mengucapkan bela sungkawa. Kedua, menyempatkan sholat ghaib. Ucapan bela sungkawa saya lihat di akun facebook PWM Jawa tengah. Sementara, sholat ghaib saya saksikan sendiri di lingkungan Ponpes Muhammadiyah al-Munawwaroh. Ba’da sholat dhuhur berjamaah, Ustadz Hamzah utama yang juga alumni Pesantren modern Gontor menginstruksikan para santri untuk menggelar sholat ghaib.
Baru pertama kali ini saya ketahui ada tokoh NU yang dihormati warga Muhammadiyah. Saya berani menyatakan almarhum adalah Kyai NU pertama di Indonesia yang disholati warga Muhammadiyah. Apakah karena faktor beliau ini alumni Pesantren modern Gontor? Saya pikir bukan hanya karena itu. Penghormatan Muhammadiyah juga diwujudkan dalam bentuk buku berjudul “Takziah Muhammadiyah untuk KH. A. Hasyim Muzadi” (Penerbit Media baca, 2017). Sebuah buku yang secara garis besar berisi pengalaman dan pandangan beberapa tokoh dan aktivis Muhammadiyah kepada almarhum.
Dalam buku setebal 213 halaman ini dipaparkan kedekatan KH. Hasyim Muzadi dengan Muhammadiyah. Prof. Dr. Din Syamsuddin sebagai sesama alumni Gontor turut memberi kesan-kesan selama berinteraksi bersama almarhum. “Ceramah Kiai Hasyim selalu menarik, berisi dan diselingi humor-humor segar. Beliau sangat senang kalau diundang Muhammadiyah” (Takziah Muhammadiyah, Hal 8).
Dr. Abdul Mu’ti juga menyatakan dalam buku ini, “Sebagai tokoh dan pemimpin NU, Kiai Hasyim sangat dekat dengan Muhammadiyah. Semasa kepemimpinannya, hubungan NU-Muhammadiyah sangat dekat. Ibarat sepasang sandal” (Hal 20-21). Kedekatan KH. Hasyim juga dikarenakan jejak pendidikannya di Gontor dan IAIN, jejak pendidikan inilah yang amat mempengaruhi cara berfikir almarhum sehingga bersesuaian dengan Muhammadiyah.
Wakil Dekan Fisip Unmuh Jakarta, Ma’mun Murod al-Barbasy sempat diberitahu KH. Hasyim Muzadi kalau putrinya kuliah di UMM. Menguliahkan putrinya di UMM untuk tokoh NU sekelas KH. Hasyim muzadi tentu mempunyai makna dan perspektif tersendiri yang positif terhadap Muhammadiyah. (Hal 57)
Pandangan pribadi saya kepada KH. Hasyim Muzadi, almarhum bukanlah kyai dengan “lambe celometan” (mulut yang banyak bicara yang tidak perlu). Mulut yang melukai sesama umat, sehingga mencederai marwah NU. Semasa hidup, almarhum adalah seorang kutu buku seperti yang diceritakan Yuanda Kusuma Lc, M.Ag (mantan dosen STAI Al-Hikam). Kemudian yang patut dikenang darinya ketika berpidato tentang ��Indonesia negeri muslim paling toleran se Dunia’’. Intisari Pidato ini dimuat di situs tribunnews 4 Juni 2012. Sayangnya secercah pemikiran almarhum dalam pidato ini belum ditampilkan di dalam buku Takziah Muhammadiyah.
Menurut almarhum, Indonesia lebih baik toleransinya ketimbang Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan pendirian menara masjid. Indonesia juga lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, dan lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia yang tak menghormati agama karena di sana ada UU perkawiman sejenis.
“Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis? Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia dan kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar humanisme dan mana yang sekedar westernisme,” ujar almarhum.
Oleh: Fadh Ahmad Arifan (Penulis adalah alumni MAN 3 Malang dan Pascasarjana UIN Malang)
[opinibangsa.id / kn]
Sumber : Source link
0 notes
mojokco ¡ 8 years ago
Text
Abah Hasyim dan Kelakarnya
Rasanya tak pernah ada langit yang lebih mendung ketimbang langit yang hadir di hari berpulangnya seorang alim ulama. Dan betapa pilu, langit mendung itu hadir hari ini. Salah seorang alim ulama berpulang: KH. Ahmad Hasyim Muzadi.
Abah Hasyim, demikian kami para santri di Al Hikam Malang biasa memanggil beliau, adalah sosok ulama sekaligus negarawan yang rasanya tak pernah bosan mengkampanyekan moderasi Islam yang penuh kedamaian melalui Manhaj Ahlussunah Wal Jamaah yang dikembangkan NU di masa dua periode kepemimpinannya. Ia meneruskan estafet kepemimpinan NU pasca Gus Dur setelah terpilih sebagai Ketua Umum PBNU di arena Muktamar NU ke 30 di Ponpes Lirboyo Kediri tahun 1999.
Nahdlatul Ulama yang didirikan Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asyari tumbuh menjadi jangkar yang tangguh bagi peradaban pribumisasi nilai-nilai keislaman nusantara. Jika Mbah Hasyim Asyari adalah peletak dasar nilai-nilai NU, maka Abah Hasyim Muzadi boleh dibilang adalah adalah figur yang menata organisasi NU secara sistemik dari tingkat ranting hingga pusat. Kedua Hasyim ini bisa dipandang sebagai ideolog (Mbah Hasyim Asyari) dan organisator (Abah Hasyim Muzadi) di jantung struktural Nahdlatul Ulama.
Abah Hasyim merintis jejak perjuangan dan menggerakkan NU dari tingkat paling bawah. Selepas menjadi ketua PMII cabang Malang tahun 1966, ia menjabat ketua PAC GP Ansor Bululawang Malang tahun 1967, lalu kemudian menjadi ketua Ranting NU Bululawang Malang. Kecemerlangan karir ke-NU-anya terus berlanjut, hingga di tahun 1992, ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang kelak kemudian mengantarnya menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999.
Perjumpaan pertama saya dengan beliau terjadi di bulan Agustus tahun 2000, sesaat setelah peneriman santri baru Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang. Ia menyalami satu per satu ratusan santri baru di masjid Al Ghazali di komplek pesantren pada suatu malam selepas salat maghrib berjamaah. Sambutannya begitu hangat dan bersahaja di tengah-tengah kesibukannya menahkodai PBNU dan situasi politik nasional yang tak menentu di fase awal transisi demokrasi Indonesia. “Abah tentu tak bisa setiap hari ngurusi pondok, Abah akan banyak tersita waktunya di Jakarta ngurusi NU dan hanya pulang ke Malang tiap akhir pekan” ujarnya kala itu saat memberikan sambutan.
Di kalangan anak-anak muda NU, sosok Abah Hasyim dikenal sebagai ulama yang hangat, ngemong, mengayomi, serta cakap merangkul lintas generasi dan mampu mengimbangi pergumulan sosial berbagai kalangan. Di Ponpes Al Hikam Malang, setiap akhir pekan selepas ia menggawangi kantor PBNU di Jakarta dari hari senin-jumat, Abah Hasyim menyediakan waktunya untuk mengasuh pesantren dan melayani tamu-tamu yang datang dari berbagai daerah di rumah pribadinya yang terletak di dalam komplek pesantren. Abah juga kerap bergaul dengan para santri dan aktivis-aktivis muda NU yang datang hingga larut malam untuk berdiskusi seputar kebangsaan, NU, dan acapkali membahas situasi politik nasional dan positioning NU dalam menyikapinya.
Seperti lumrahnya kiai NU, Abah Hasyim adalah sosok yang selalu mampu menyampaikan hal-hal subtantif dengan balutan ilmu dan humor. Maka tak heran jika dalam berbagai kesempatan, Abah sering melempar kelakar terhadap lawan-lawan bicara maupun diskusinya. Terlebih jika berhadapan dengan kaum muda NU. 
Abah, misalnya, pernah menyindir kebiasaan baru anak-anak muda NU yang datang ke rumahnya dengan menenteng banyak perangkat gadget. “Anak-anak muda NU entah itu PMII atau Ansor sekarang hebat-hebat. Punya dua HP tapi tak bisa beli pulsa. Bolak-balik hanya missed call agar ditelepon balik.”
Lain waktu, ketika berdiskusi dengan anak-anak muda NU, Abah mengomentari fenomena banyaknya anak-anak muda NU yang melanjutkan pendidikan tinggi ke Timur Tengah. “Senang sekali banyak anak-anak muda NU yang sekarang belajar ke Saudi. Sayangnya kalau pulang tak jadi ulama tapi berbisnis travel Umrah.” ujarnya penuh canda.
Hal yang paling saya kenang soal kelakar Abah tentu saja adalah kelakar nakalnya terhadap beberapa pengurus PMII Malang. Peristiwa ini bermula saat A. Malik Haramain terpilih sebagai ketua umum PB PMII di kongres Kutai Kartanegara tahun 2003, saat itu, beberapa pengurus PMII Cabang Malang menghadap KH. Hasyim Muzadi untuk melaporkan terpilihnya kader PMII Malang untuk pertama kalinya sebagai Ketua Umum dalam sepanjang sejarah perjalanan PMII berdiri.
Ketua cabang Malang menceritakan bagaimana perjalanan sepanjang Malang hingga Kutai dengan menumpang kapal laut yang melelahkan akhirnya terbayar dengan kemenangan sahabat Malik.
Kyai Hasyim lantas berucap “Saya ini dari pesawat selepas pulang dari Kutai juga sempat berpapasan dengan rombongan sampean di kapal, saya dadah-dadah (melambaikan tangan) dari jendela pesawat, sampean saja yang tidak memperhatikan ke atas.” Dan ketua cabang PMII Malang tersebut hanya bisa melongo mendengar penjelasan Kyai Hasyim.
Seperti jamak dalam tradisi kultural NU, baik di pesantren atau di kalangan Nahdliyin, kelakar dan humor khas kaum sarungan memang selalu menjadi bahan cerita sehari-hari yang melingkupi kehidupan Abah Hasyim. Di kalangan para kiai NU, Abah Hasyim (dan juga Gus Dur, tentu saja) dikenal sebagai kiai gudangnya cerita humor dan banyolan khas NU. Banyak kiai NU yang kalau berceramah kulakan cerita humor dan kelakar pesantren dari keduanya.
Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) pernah berkisah dalam suatu kesempatan saat mengisi diskusi bulanan di Ponpes Al Hikam Malang tentang kedua tokoh NU yang gemar bertukar banyolan dan kulakan cerita humor itu. Gus Mus mengisahkan salah satu nostalgia saat keduanya tukar-menukar guyonan. Jika bercerita lucu, Abah Hasyim biasanya meyakinkan lawan bicaranya dengan menyebut nama orang berikut jabatannya di kepengurusan NU. Suatu ketika, Gus Dur penasaran dan iseng mengecek kebenaran cerita-cerita itu pada KH. Muchit Muzadi (kakak kandung Abah Hasyim). Sambil berseloroh, Mbah Muchit menjawab, “Sampeyan ini kayak nggak kenal Hasyim saja. Semua haditsnya, kalau enggak dhaif ya maudhu.”
Oleh Gus Dur, kelakar ini diomongkan kepada Abah Hasyim. Tapi dasar Abah Hasyim, Ia malah membalas kelakar itu dengan olok-olok yang tak kalah cerdik, “Ah, sampeyan ini kayak nggak kenal kakak saya saja. Dia itu memang ingkarus sunnah.”
Ah, Kini, Abah yang suka ngemong dan berkelakar itu telah usai menunaikan perjalanannya di dunia. Ia telah kembali menuju alam yang damai. Mungkin di sana, Ia dipertemukan kembali dengan Gus Dur. Meriung dan bersulang kopi sambil terkekeh riang gembira melepas rindu. Menjadi sumber kulakan humor para malaikat yang mungkin iri dengan para santri NU.
Selamat berpulang Abah, damai dan tetap bergembira selalu di sana.
(Ditulis di sembari memantau layar kaca tayangan langsung prosesi pemakamam KH. Ahmad Hasyim Muzadi di kompek Pondok Pesantren Al Hikam 2 Depok) 
0 notes
pesantrenpandeglang ¡ 5 years ago
Text
Pesantren Dan Boarding School Lahirkan Generasi Pemimpin Dunia
Setelah beberapa kali berkunjung ke Inggris dan mendapat kesempatan mengunjungi beberapa institusi pendidikan, mulai dari tingkat paud, hingga universitas, ada satu hal yang sampai sekarang belum tercapai, yaitu berkunjung ke salah satu boarding schools di Inggris.
Menurut data terakhir, hanya ada tersisa sekitar 500 boarding schools yang tersebar di United Kingdom.
Sebagian besar berumur lebih dari satu abad. Salah satunya, King’s School, Canterbury yang awalnya adalah Gereja didirikan pada abad ke-6 masehi dan dianggap sebagai sekolah berasrama tertua di dunia yang masih berjalan hingga hari ini.
Sulitnya akses dan izin untuk study banding menjadi alasan utama. Hampir seluruh boarding school di Inggris merupakan kategori sekolah swasta private yang sifatnya sangat independent, baik dalam hal pembiayaan dan konsep pendidikan.
Sekolah model boarding school di Inggris memang terkesan sangat elit dan tidak terlalu membuka diri seperti state schools, sekolah negeri yang bebas biaya.
Satu satunya kesempatan untuk mengunjungi boarding school ala Inggris justru terwujud saat kunjungan di Amman, Jordan, saat kami mendapatkan kesempatan mengunjungi King’s College, boarding school yang didirikan oleh Raja Hussein Jordan, yang kebetulan adalah alumni salah satu boarding school di UK.
Pesantren Dan Boarding School Lahirkan Generasi Pemimpin Dunia
PABRIK PEMIMPIN
Padahal, mempelajari dan membandingkan metode pendidikan berasrama mereka pastilah sangat menarik dan relevan dengan dunia pesantren.
Mengingat bahwa faktanya, boarding school di Inggris, memiliki reputasi luar biasa sebagai sekolah yang sangat menonjol dari berbagai sisi, baik dari sisi sejarah dan tradisinya yang telah menurun berabad abad.
Prestasinya di dalam bidang akademik sangat diakui, 35% mahasiswa yang lolos di Oxbridge (Oxford dan Cambridge) adalah alumni private school termasuk boarding school.
Yang lebih menarik dalam konteks dunia pesantren adalah kesamaan visinya didalam mengkader pemimpin.
Boarding schools di Inggris memang telah lama diakui keberhasilannya didalam melahirkan generasi pemimpin bangsa Inggris di berbagai bidang.
Nama nama besar yang menghiasi media internasional yang terkait dengan Inggris akhir akhir ini seperti David Cameron, Boris Johnson, Nigel Farage adalah produk pendidikan boarding schools.
Boarding schools di Inggris memang sejak lama merupakan pemasok utama pemimpin politik di UK.
Termasuk didalamnya sejumlah besar pangeran kerajaan seperti William dan Harry dan Kate Middleton. Serta mayoritas perdana menteri UK dan negara2 commonwealth seperti Winston Churcill dan Jawaharlal Nehru.
Sebagian besar petinggi militer serta petinggi petinggi pemerintahan negeri Queen Elizabeth ini pun banyak yang terlahir dari sistem boarding school.
Eton, Harrow, Westminster dan Winchester Boarding schools adalah beberapa diantara yang paling terkemuka. Nama nama tersebut juga menjadi tempat pendidikan pilihan bagi bangsawan bangsawan baik dari kerajaan Inggris maupun kerajaan di Eropa bahkan asia.
Tidak hanya kepemimpinan politik, boarding schools di Inggris pun banyak melahirkan tokoh dibidang lain seperti ekonomi, banking, entrepreneurship dan industri kreatif.
Bahkan, 2/3 peraih nobel dan penulis terkemuka Inggris lahir dari sistem pendidikan ini.
KOLONIALISME DAN BREXIT
Meskipun begitu, sistem pendidikan boarding school di Inggris bukanlah tanpa kritikan.
Salah satu kritik terbesar muncul pada saat ini dengan diguncangnya Inggris dengan adanya Brexit yang akan diimplementasikan pada akhir Oktober 2019 ini.
Bukan kebetulan tokoh tokoh seperti Boris Johnson dan Nigel Farage-pendukung utama Brexit-merupakan alumni dari boarding schools di Inggris.
Beberapa pihak mengatakan bahwa pendidikan elit dan biaya mahal dari boarding school hanya melahirkan pemimpin pemimpin yang jauh dari aspirasi rakyatnya.
Biaya pendidikan boarding schools memang hanya mampu dipenuhi oleh mereka yang berkantong sangat tebal.
Kritik sosial dari beberapa pihak bahkan menganggap bahwa keberadaan boarding schools sengaja didesain untuk mendoktrin dan mempersiapkan generasi penerus kelas sosial dari kalangan tertinggi (elite).
Duffell (2014) dalam tulisan berjudul “Britain’s Boarding School Problem, How the country’s elite institutions have shaped colonialism, Brexit, and today’s global super-rich” berargumen bahwa boarding schools adalah biang keladi tempat lahirnya pemimpin elitis yang membawa Inggris (dahulu) ke era kolonialisme British Empire dan berlanjut ke era modern dalam bentuk Brexit, pemisahan Inggris dengan Uni Eropa yang memiliki semangat elitisme Inggris.
Terlepas dari kontroversinya, boarding school terbukti melahirkan generasi yang mampu menjadi pemimpin di level global.
BOARDING SCHOOL ALA INDONESIA
Pesantren Dan Boarding School Lahirkan Generasi Pemimpin Dunia
Ada hal menarik terkait system boarding schools Inggris jika dikaitkan dengan konteks ke-Indonesia-an.
Jika Inggris terkenal dengan tradisi sistem boarding schoolnya yang lahir dari rahim lingkungan elit kerajaan didukung oleh kalangan rohaniawan, untuk (sebagian) memperkuat misi kolonialisme dan Imperialisme, Indonesia justru mengenal pesantren sebagai pendidikan tradisional (indigenous) yang justru lahir dari semangat bertolak belakang. Semangat melawan penjajahan (kolonialisme).
Dalam sejarahnya, pesantren dimulai dari inisiatif sosok ulama kyai yang mencoba menjaga jarak dari kekuasaan yang dekat dengan kolonial. yaitu kerajaan kerajaan di bumi Nusantara.
Beberapa pesantren tua seperti Buntet, Sidogiri, Tebu Ireng tidak bisa dipisahkan dari perjuangan mengusir kolonialisme dari Nusantara.
Bahkan dalam sejarahnya, Kyai Abbas dari pesantren Buntet dan KH Hasyim Asy’ari dari Tebu Ireng adalah dua tokoh utama penggerak perlawanan melawan penjajah Inggris di Surabaya yang menjadi inspirasi keluarnya Resolusi Jihad.
Dengan basis pemahaman agama Islam, pesantren secara konsisten menjaga semangat melawan segala bentuk penjajahan hingga hari ini.
Bertolak belakang dengan boarding school di Inggris yang menjadi tempat dididiknya kaum elit Inggris, justru di pesantrenlah tempat didiknya kaum pedesaan dan mereka yang berasal dari kalangan ekonomi terbawah.
Tidak jarang bahkan pesantren adalah bentuk sumbangsih dari Kyai untuk bisa membantu Negara didalam mendidik generasi dan memastikannya bisa dijangkau oleh kalangan terbawah masyarakat.
Fenomena tersebut sebenarnya saat ini sudah mulai berubah dengan ditandai banyaknya pesantren yang diminati oleh kalangan menengah dan banyaknya pejabat maupun tokoh yang tidak ragu menjatuhkan pilihan kepada pesantren sebagai tempat dididiknya putra putri mereka.
SISTEM ASRAMA
Pesantren baru saja mendapatkan pengakuan dan penghargaan tertinggi dari Negara, dengan disahkannya UU Pesantren di bulan September 2019. Sebagai penguatan dari tradisi pesantren, jelas terekam dalam pasal 5 ayat 2 bahwa salah satu unsur pesantren adalah keberadaan Kyai dan santri yang mukim di asrama (boarding).
Kesamaan pola pendidikan berasrama menjadi satu titik temu yang menarik antara boarding school di Inggris dengan dunia pesantren.
Meskipun ada sebagian pesantren yang tidak mewajibkan santri untuk hidup di asrama (mukim), bisa dipastikan bahwa sistem asrama adalah satu hal yang lazim ada di dalam sebuah sistem pesantren.
Kehidupan di asrama dengan segala dinamika dan disiplinnya menjadi salah satu pola dan proses penting yang sulit dipisah keunggulan yang mampu membentuk karakter dari santri. Menjadi kurikulum itu sendiri. Kurikulum kehidupan.
Dalam kaitannya dengan kemampuan melahirkan pemimpin, faktanya pesantren tidak kalah produktif dari boarding school di Inggris.
Tidak terhitung tokoh pejuang nasional bahkan internasional yang lahir dari rahim pesantren.
Perdana Menteri pertama Indonesia, Idham Khalid, Gus Dur, KH Hasyim Muzadi dan sederet tokoh nasional lainnya adalah contoh kecil dari alumni pesantren.
Pesantren pun sebenarnya tidak lepas dari pantauan radar pemerhati pendidikan dan kepemimpinan dunia.
Bahkan sekelas Cambridge University pun menaruh perhatian kepada dunia pesantren, salah satunya Pondok Modern Gontor.
Tercatat pada tahun 1990, salah satu Trimurti pendiri Gontor, KH Imam Zarkasyi mendapatkan sertifikat penghargaan leadership achievement oleh Cambridge University.
Ini menjadi bukti tidak terbantahkan bahwa kiprah pesantren selama ini benar benar mampu mewarnai dengan melahirkan generasi yang menopang kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.
Sehingga keberadaan Undang Undang Pesantren yang baru saja disahkan oleh DPR menjadi sangat relevan untuk terus diperkuat dengan peraturan peraturan pemerintah yang bisa memberi ruang untuk perkembangan pesantren tanpa meninggalkan tradisi dan visi besarnya mengusir penjajahan dalam segala bentuk. (Sumber : Hadiyanto Arief)
(DN.COM/almas_khalishah)
Facebook WhatsApp Twitter
from WordPress https://ift.tt/2IV78v2 via IFTTT
0 notes
andiryansyah-blog ¡ 6 years ago
Text
KH Hasyim Asy’ari, Pahlawan Pemersatu Umat
Di saat ikatan tali ukhuwah kita mengendur: dai yang tak sama pandangan dicurigai, divonis, ditolak, dan diatur-atur. Sementara, oknum dai lainnya provokatif dalam bertutur. Kasar, merendahkan, dan menyalah-nyalahkan yang tak selajur. Lalu, kita ribut berebut pengaruh demi eksistensi kelompok semata dan masih saja kita terjebak dengan isu-isu pertentangan wahabi dan khilafiyah.
Maka, dalam momen peringatan hari pahlawan ini, sangatlah penting dan relevan kita membicarakan kiprah salah satu pahlawan republik ini. Ia tiada lain adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini seakan hadir untuk ditakdirkan menjadi sosok ulama pemersatu umat. Bahwa berukhuwah yang benar bukan sekadar jargon-jargon, gembar-gembor, dan kata-kata manis di bibir, melainkan satunya kata-kata itu dengan perbuatan. Dan Kiai Hasyim telah membuktikannya.  
Kala terjadi pertentangan antara kaum modernis dan kaum tradisionalis–kaum modernis menuduh kaum tradisionalis taqlid buta (menuruti suatu pendapat tanpa merasa perlu menuntut dalil), sedangkan kaum tradisionalis menuding kaum modernis sesat langkah daripada jalan ahlussunnah wal jama’ah, Kiai Hasyim bersikap. Ia mengeluarkan dan menyiarkan semacam surat edaran bernama Al-Mawaa’izh di kongres NU yang ke-11 di Banjarmasin pada tahun 1935. Al-Mawaa’izh ini berisi nasihat yang mendalam tentang persatuan umat Islam. Buya Hamka dalam Panji Masyarakat (15/8/1959) menerjemahkannya untuk kita.
Dalam Al-Mawaa’izh, Kiai Hasyim mengingatkan agar tidak mencaci kaum yang mentaqlidi imam-imam yang memang boleh ditaqlidi, sekalipun pendapat imam tersebut tidak kuat. Berilah arahan yang halus kepada mereka, pesan beliau. Namun, bila mereka tidak mengikuti arahanmu, jangan musuhi mereka. “Kalau kamu berbuat demikian, samalah kamu dengan orang yang membangun sebuah istana, dengan menghancurkan terlebih dahulu sebuah kota,” ujarnya.
Kiai Hasyim juga melarang fanatik terhadap satu mazhab dan ribut-ribut masalah furu’ (cabang agama) yang dalam kalangan ulama sendiri memang terjadi perbedaan pendapat/perkara ijtihadi. "Kamu berkeras membicarakan perkara furu’, yang dipertikaikan oleh ulama," kata Kiai Hasyim. ”Tetapi kamu tidak ingkari perbuatan haram yang dilakukan orang, yang ijma’ (kesepakatan, red) sekalian ulama atas haramnya sebagai zina (pelacuran), riba (rente), minum-minuman keras dan lain-lain. Tidak ada cemburumu melihat yang demikian itu. Kamu hanya cemburu untuk Syafii dan Ibnu Hajar.”
Kiai Hasyim juga menegaskan, janganlah bercerai-berai, berpecah-belah, dan bermusuh-musuhan. Sebab, itu melanggar hukum Allah dan dosa yang sangat besar. “Itulah yang menyebabkan runtuh-leburnya bangunan suatu bangsa, sehingga tertutuplah di hadapannya setiap pintu kepada kebajikan,” terangnya. Padahal, lanjut Kiai Hasyim, agama kita semua sama: Islam, daerah kita sama: Indonesia, semuanya ahlussunnah wal jamaa’ah, dan mazhab kita satu, yaitu Imam Syafi’i (Hasib di Jurnal Islamia Republika 20/8/2015 menjelaskan maksudnya jangan mengabaikan mazhab mayoritas di Indonesia yakni mazhab Syafi’i. 
Sikap kompromi seperti ini, menurut Deliar Noer (1982), memanggil Kiai Muhammad Dahlan dan Kiai Wahab Hasbullah dari NU, Kiai Mas Mansur dari Muhammadiyah, dan Wondoamiseno dari Sarekat Islam, untuk sama-sama membentuk sebuah wadah persatuan perhimpunan-perhimpunan Islam di Surabaya pada 21 September 1937. Wadah ini kemudian diberi nama Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI).
Dalam anggaran dasarnya, tujuan MIAI antara lain menggabungkan seluruh organisasi Islam untuk bekerja sama dan mendamaikan manakala terjadi pertikaian di antara golongan umat Islam (Aboebakar, 2011).  
Setelah MIAI dibubarkan oleh Jepang dengan sewenang-wenang, muncul Partai Islam Masyumi. Kiai Hasyim duduk sebagai Ketua Majelis Syuro di situ. Beliau menginginkan umat Islam bersatu di partai itu. Pernah penulis mewawancarai salah satu cucu Kiai Hasyim yang sekarang mengasuh Pesantren Tebu Ireng, Salahuddin Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Solah. Gus Solah bercerita, sang kakek pernah berpesan agar umat Islam tetap bersatu dalam satu partai yaitu Partai Masyumi. Karena pesan itu, sejumlah ulama NU seperti KH Abdul Madjid (ayah dari Cak Nur) dan KH Abdullah Syafii (ayah dari Tuti Alawiyah) tetap bertahan di Partai Masyumi. Cerita ini Gus Sholah dengar dari kakak iparnya, Hamid Baidhowi, yang mendengar langsung dari KH Abdul Madjid. Rupanya, Kiai Hasyim tak hanya ingin umat Islam bersatu dalam gerakan keagamaan, tapi juga dalam politik. Ini menunjukkan bahwa Kiai Hasyim tidak memisahkan urusan agama dengan politik. Kiai Hasyim tak sekular. 
Kiai Hasyim memang benar-benar mendambakan persatuan. Ia seperti tidak percaya jika umat ini bisa pecah. Sering ia sampaikan, “Bagaimana bisa kaum muslimin berpecah-belah, sedangkan kitab mereka Alquran satu; nabi mereka Nabi Muhammad SAW satu; kiblat mereka Ka’bah satu. Tidak ada sesuatu yang patut dijadikan alasan mereka berpecah belah; apalagi sampai saling mengkafirkan satu sama lain. Perpecahan ini hanyalah menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin.” (Syihab diterjemahkan Bisri, 1994). Ya, musuh kita bukan sesama kaum Muslimin. Musuh kita sebenarnya adalah kemiskinan, kesenjangan, kebodohan, dan keterbelakangan.   
Di mata Kiai Hasyim, persatuan adalah syarat mutlak mewujudkan kebahagiaan, kemakmuran secara merata, serta memajukan dan memperkuat negara dan Tanah Air (Zuhri, 2010).
Upaya Kiai Hasyim dalam mempersatukan umat Islam berlanjut dalam kongres NU yang ke-12 di Malang pada tahun 1937. Kiai Hasyim mengundang kalangan Islam di luar NU untuk hadir membicarakan persoalan umat Islam. Bunyi undangannya, “…Kemarilah tuan-tuan yang mulia; kemarilah, kunjungilah permusyawaratan kita [=kami], marilah kita bermusyawarah tentang apa-apa yang menjadi baiknya Igama (agama, red) dan umat; baik pun urusan Igamanya, maupun dunianya; sebab dunia ini tempat mengusahakan akhirat dan kebajikan tergantung pula atas beresnya peri keduniaan. …” (Noer, 1982). 
Kita bisa merasakan begitu hangatnya ajakan itu. Ramah. Sejuk. Sangat terasa ukhuwahnya. Dialog dikedepankan demi kepentingan semua kalangan. Subhanallah!
Dalam Muktamar NU ke-12, Kiai Hasyim turun tangan menengahi perselisihan antara generasi muda dan generasi tua NU. Ia berusaha menjembatani jarak di antara keduanya dengan menyampaikan, generasi tua seharusnya mencintai yang muda, dan yang muda seharusnya menghormati yang tua.  
Setelah itu, Muktamar memutuskan untuk membentuk badan otonom untuk pemuda NU. Nasihat lembut Kiai Hasyim berhasil menyatukan para pengurus NU. Pada muktamar ini, Kiai Hasyim juga berjasa menjembatani jarak antara santri dan abangan dengan mengajak umat Islam berdakwah pada abangan dengan penuh kelembutan dan kedamaian (Khuluq, 2000). Kita bisa melihat betapa piawai, penuh kasih sayang, dan bijaknya dakwah Kiai Hasyim ini!
Contoh kearifan Kiai Hasyim lainnya diceritakan oleh mantan Imam Besar Masjid Istiqlal, almarhum Profesor Kiai Ali Mustafa Yaqub di Republika (13/4/2015). Kiai Ali mendapat cerita ini dari murid Kiai Hasyim yang bernama Kiai Abdul Muhit Muzadi. Ceritanya, waktu itu, ada masyarakat yang bertanya kepada Kiai Hasyim soal kapan waktu lebaran.Kiai Hasyim menjawab, "Lek melok Maksum, yo mene, lek jare aku, yo nunggu rukyat se (Kalau ikut Maksum, lebarannya besok, tapi kalau menurut saya, kita menunggu rukyat dulu)". Maksum yang disebut oleh Kiai Hasyim adalah murid dan menantu beliau sendiri. Nama lengkapnya Maksum bin Ali, seorang Kiai yang ahli falak/astronomi. Ia menulis kitab falak berjudul al-Durus al-Falakiyyah (Pelajaran Ilmu Falak) tiga jilid dalam bahasa Arab. 
Dari cerita Kiai Ali ini, kita bisa melihat bahwa dalam urusan furu’, Kiai Hasyim tampak tidak memaksa yang bertanya untuk mengikuti pendapatnya, dan juga tidak menyalah-nyalahkan Kiai Maksum yang berbeda pendapat dengannya. Kiai Hasyim toleran dalam perbedaan yang sifatnya khilafiyah. Ini tidak mungkin dilakukan kecuali oleh insan yang dadanya lapang, rendah hati, berpikiran terbuka, toleran, tidak fanatik, bijak, berwawasan luas, dan tidak gila hormat. Itulah jasa-jasa besar dan mulia Kiai Hasyim dalam mempersatukan umat Islam di negeri ini. Betapa teladan pemimpin menjadi kunci dalam mengencangkan ikatan tali ukhuwah islamiyah. Di saat mengendurnya ikatan tali itu sekarang ini, kita teramat rindu dan mencari-cari di mana sosok pemimpin seperti Kiai Hasyim? Di mana?
Dimuat di https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/11/15/ozgqcq396-kh-hasyim-asyari-pahlawan-pemersatu-umat dengan sedikit suntingan  
1 note ¡ View note
idberita24 ¡ 8 years ago
Text
Tiongkok Menyambut Baik Partisipasi Asing - Metro TV News
Tiongkok Menyambut Baik Partisipasi Asing – Metro TV News
Most Popular Tips Tidak Tertipu Memilih Produk Asuransi Tiongkok Klaim Bisa Kendalikan Risiko Ekonomi Penjualan Makanan Khas Yogyakarta Naik di Lebaran 2017 OPEC Tidak Terburu-Buru Potong Produksi Lebih Besar Harga Minyak Dunia Naik Didorong Pelemahan USD Video Menjaga Kesehatan saat Lebaran Cerita Tantowi Yahya Berlebaran di Selandia Baru Mengenang Sosok KH Hasyim Muzadi (2) H+2 Lebaran, 40 Ribu…
View On WordPress
0 notes
seputarbisnis ¡ 8 years ago
Text
Hidayat Nur Wahid: Hasyim Muzadi Tak Dikotomi Islam dan Kebangsaan
Jakarta (SIB)- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid punya kesan tersendiri terhadap almarhum KH Hasyim Muzadi. Hidayat menilai Hasyim sebagai sosok yang tidak mendikotomi Islam dan kebangsaan. "Saya kagum pada beliau, tidak mendikotomi antara Islam dan kebangsaan," ujar Hidayat dalam keterangannya, Jumat (17/3). Hidayat berbicara hal itu setelah menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Hidayat mengaku sering bertemu dengan Hasyim Muzadi, baik saat di Istana Negara maupun di Pondok Pesantren Gontor. Hidayat mengapresiasi Islam yang dikembangkan oleh Hasyim Muzadi. Menurut Hidayat, Hasyim mengembangkan Islam tanpa sekat dengan politik, kebangsaan, dan kelompok lainnya. "Meski demikian, beliau tetap membela umat Islam," imbuhnya. Hidayat juga menilai Hasyim mampu menjembatani antara umat Islam secara internal, antara umat Islam dan umat lain, serta antara umat Islam dan negara. Hasyim, lanjut Hidayat, juga berperan dalam mengembangkan Islam yang moderat ke dunia internasional. "Beliau menjalankan soft diplomacy ke dunia internasional sehingga mengangkat nama Indonesia," ungkapnya. Saat Hidayat takziah ke kediaman Hasyim di Depok, Jawa Barat, dia mendengar langsung dari orang dekat Hasyim bahwa sang Kiai menyampaikan pesan pada hari-hari terakhir. Pesan Hasyim itu adalah agar umat Islam tak mau diadu domba. Umat Islam harus maju dan tetap cinta Indonesia. Kemudian, hukum harus ditegakkan dengan adil. Apresiasi yang lain dari Hidayat adalah Hasyim Muzadi mendirikan pondok pesantren mahasiswa sehingga mahasiswa hafal Alquran dan cinta Indonesia. (detikcom/l) http://dlvr.it/Nfqz5y
0 notes
bagibagiinfo ¡ 8 years ago
Link
Sujanews.com —  Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab enggan diwawancarai saat mentakziahi almarhum KH Hasyim Muzadi di kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam, Kukusan, Beji, Depok, Jawa Barat pada Kamis (16/3/17). Namun, sehari setelahnya, pada Jum'at (17/3/17), Habib Rizieq Syihab menyampaikan pujian tulus kepada ulama internasional yang kerap dipanggil Abah Hasyim ini. Habib Rizieq menegaskan, mantan Ketua Umum PBNU ini merupakan sosok guru bangsa yang arif dan bijaksana. "Almarhum KH Dr Ahmad Hasyim Muzadi bagi saya adalah orang tua arif, guru bijak dan sahabat setia. Beliau begitu dekat di hati saya, karena beliau menempatkan saya di hatinya yang penuh cinta kasih." tulis Habib di akun resmi Fans Page Facebooknya. Abah Hasyim dalam kacamata iman Habib Rizieq merupakan sosok yang lembut, suka bercanda, dan memiliki perhatian yang mendalam kepada sesama. Kesan itulah yang sukar dilupakan oleh Habib Rizieq dari almarhum. "Tak akan pernah bisa saya lupakan kelembutan tuturnya dan kesegaran candanya serta kedalaman perhatiannya." lanjut Habib. Sebagai kesatuan kesetiaan dalam berteman itu, Abah Hasyim selalu meminta konfirmasi langsung kepada Habib Rizieq saat ada masalah umat atau isu yang menerpa FPI pimpinan Habib Rizieq Syihab. "Jika ada suatu peristiwa terkait saya atau FPI, beliau selalu menelepon atau memanggil saya untuk tabayyun langsung. Bahkan terkadang tanpa diduga tiba-tiba beliau sudah berada di depan pintu rumah saya untuk langsung menyampaikan saran dan usul, serta kritik dan protes, yang semuanya sarat dengan nasihat penuh hikmah." aku Habib, amat berkesan. Kesan-kesan itulah yang dijadikan alasan bagi Habib Rizieq Syihab untuk menggelari Abah Hasyim sebagai ulama yang shalih sekaligus negarawan sejati. "Beliau bukan hanya ulama yang shalih, tapi juga negarawan sejati yang sangat setia kepada NKRI." pungkas Habib, diiringi lantunan doa.   [Sujanews.com] from Sujanews.com | Portal Informasi Terpercaya http://ift.tt/2mXCtm5 via IFTTT
0 notes